Dalam derasnya arus digital, dunia seperti tak pernah tidur. Segala informasi berlompatan ke hadapan kita – cepat, tanpa jeda, dan tak semuanya bernilai. Di tengah kebisingan inilah, anak muda ditantang untuk menentukan jati dirinya: mau hanyut jadi penonton, atau berdiri jadi pemain utama.
Saya sering bertemu anak muda dengan potensi besar – cerdas, kreatif, punya semangat. Tapi sayangnya, banyak dari mereka bingung arah. Mereka sibuk membangun citra di media sosial, tapi lupa membangun karakter. Sibuk mencari pengakuan, tapi lupa memperkuat nilai dan kontribusi.
Padahal, kualitas anak muda tidak diukur dari seberapa hits di TikTok, seberapa estetik feed Instagram, atau seberapa banyak like yang dikumpulkan. Kualitas itu lahir dari kesadaran: bahwa hidup ini bukan sekadar viral, tapi bermakna. Bukan soal tampil keren, tapi soal menjadi orang yang bermanfaat.
Anak muda berkualitas bukanlah mereka yang sempurna. Tapi mereka yang mau belajar, berani bertanya, mau memperbaiki kesalahan, dan konsisten menanamkan nilai dalam setiap langkah. Mereka yang tidak takut untuk jujur, tidak malu mengakui belum tahu, dan tidak gengsi untuk memulai dari nol.
Saya percaya, masa muda adalah masa terbaik untuk belajar tentang tanggung jawab, tentang kerja keras, tentang mencintai negeri ini bukan hanya dengan kata-kata, tapi dengan karya nyata. Tidak harus besar, tidak harus viral, cukup dilakukan dengan niat yang tulus dan tekad yang konsisten.
Jangan remehkan kebaikan kecil. Membaca buku, menolong teman, menjaga etika digital, menghormati orang tua, aktif di komunitas – semua itu investasi karakter. Dan karakter, jauh lebih mahal dari sekadar pencitraan.
Hari ini kita hidup di dunia yang serba cepat, tapi bukan berarti harus ikut-ikutan terburu-buru. Kadang yang kita butuhkan justru jeda – untuk berpikir, untuk merenung, untuk bertanya pada diri sendiri: aku mau jadi orang seperti apa?
Jadilah anak muda yang tahu arah. Bukan yang mudah terbakar semangat sesaat, tapi yang tahan diuji oleh waktu. Jadilah anak muda yang tidak sibuk menonjolkan diri, tapi sibuk memperbaiki diri. Karena bangsa ini tidak butuh lebih banyak konten – tapi lebih banyak keteladanan.
Kalau kamu masih muda, dan kamu sedang membaca ini, ketahuilah: kamu punya kekuatan besar. Kekuatan untuk mengubah jalan hidupmu, kekuatan untuk memberi dampak pada lingkunganmu, kekuatan untuk membangun sesuatu yang lebih baik dari generasi sebelumnya.
Jangan tunggu sempurna untuk memulai. Dan jangan tunggu tua untuk berubah.
Anak muda yang berkualitas itu langka. Tapi kamu bisa jadi salah satunya – asal mau belajar, terus bergerak, dan tidak takut menjadi berbeda demi kebenaran.
Mari jadi generasi yang tidak hanya melek teknologi, tapi juga melek hati dan nurani.
Karena dunia tak butuh lebih banyak bising. Dunia butuh lebih banyak arti.
Jabat erat,
Syadir Ali
https://syadir.com | Suara untuk perubahan