Tahun 2021 bisa jadi tahun paling suram khususnya untuk industri properti khususnya di Indonesia. Badai pandemi Covid-19 yang menghantam seluruh sendi ekonomi juga berdampak pada lesunya sektor properti.
Tak hanya pengembang yang nyaris gulung tikar, masyarakat pun terpaksa harus menjual properti pribadinya ditengah sepinya daya beli masyarakat terhadap sektor properti. Bahkan banyak yang menyebut tahun 2021 menjadi tahun paling suram bagi sektor properti.
Harga properti pun sempat anjlok hingga di harga terendah yang membuat pengembang terpaksa harus mengencangkan ikat pinggang karena nilai investasi di bisnis properti yang sudah terlalu tinggi tapi tak diiringi dengan daya beli yang nyaris tak bergerak sama sekali.
Dari sisi masyarakat, tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) membuat mereka terpaksa menjual propertinya, baik rumah maupun tanah dengan harga yang jauh dari kata untung. Semua dilakukan agar mereka bisa menyambung hidup.
Sedangkan, para kreditur perumahan pun terpaksa mengajukan penangguhan kredit melalui program yang digagas pemerintah untuk meringankan beban masyarakat dengan memberikan keringanan pembayaran angsuran kredit perumahan hingga satu tahun ke depan, hanya agar masyarakat bisa memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu.
Prospek Investasi Properti tahun 2022
Kini, pasca melandainya kasus Covid-19, ekonomi perlahan mulai bangkit dan menggeliat kembali, sektor-sektor ekonomi potensial termasuk prospek investasi properti tahun 2022pun mulai menunjukkan gairahnya seiiring dengan mulai membaiknya situasi ekonomi khususnya pada masyarakat dari lapisan menengah ke bawah.
Oleh karenanya, beberapa pengamat maupun survey-survey maupun riset ekonomi di bidang properti menyebut tahun 2022 akan menjadi tahun keemasan bagi industri properti untuk kembali bangkit dan bergairah.
Riset Active Capital yang bersumber dari Knight Frank Asia Pasifik menyebut prospek investasi properti di tahun 2022 akan mencapai puncaknya tak hanya di Indonesia tapi bahkan investasi properti di lintas batas negara.
Sektor Properti yang Potensial tahun 2022
Masih berdasarkan riset Active Capital itu pula, sektor properti yang potensial di tahun 2022 akan mengarah pada jenis properti seperti: perkantoran, residensial bahkan rumah tapak dan apartemen.
Jenis sektor properti ini diprediksi akan mulai bangkit dan akan menunjukkan gairahnya pada triwulan kedua tahun 2022. Prediksi ini akan sangat efektif terjadi jika laju Covid-19 bisa ditekan seminimal mungkin termasuk varian baru Omicron dengan menjadikan virus-virus tersebut hidup berdampingan dengan manusia.
Sektor Perkantoran
Secara khusus sektor perkantoran memang akan menunjukkan gairahnya seiiring dengan mulai membaiknya perekonomian dan mulai membaiknya angka investasi di berbagai sektor yang akan berpengaruh terhadap tingginya angka kebutuhan properti dari sektor perkantoran.
Rumah Tapak
Sedangkan pada rumah tapak, khususnya diluar daerah seperti Jakarta, Bandung dan Bali, geliat perkembangannya akan mengalami peningkatan di tahun 2022 menyusul tingginya kebutuhan para pekerja maupun kaum milenial yang membutuhkan rumah tapak dan menyasar berbagai daerah potensial seperti: Bekasi, Tangerang dan daerah penunjang kota metropolitan lainnya.
Sektor Apartemen
Demikian halnya dengan apartemen, permintaan apartemen juga akan semakin membaik untuk para pekerja kantoran dan kaum milenial yang ingin lebih dekat dengan lokasi perkantoran maupun kawasan perkotaan sehingga lebih mudah diakses dan tidak terkendala pada permasalahan kota seperti kemacetan agar mobilitas waktu dan pekerjaan lebih efisien.
Persentase Pertumbuhan Nilai Investasi Properti
Banyak pengamat ekonomi yang memastikan pertumbuhan investasi properti di tahun 2022 akan terus naik bahkan melebihi tahun 2019. Persentase pertumbuhan nilai investasinya pun beragam namun tetap diatas 4 persen. Angka ini sudah dianggap baik bahkan termasuk memiliki pertumbuhan yang cepat pasca badai pandemi Covid-19.
Pengamat properti, Panangian Simanungkalit bahkan menyebut angka pertumbuhan sektor properti bisa berada di angka 4,5 persen dengan rata-rata pertumbuhan 4 persen.
Karena, sejatinya trend pertumbuhan properti di Indonesia amat tergantung dengan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, dengan kata lain, kian baik sektor ekonomi maka akan semakin baik pula indikator pertumbuhan properti.
Bahkan jika ekonomi bisa pulih secara menyeluruh di segala sektor bahkan hingga di daerah, maka amat mungkin sektor properti bisa tumbuh hingga 15 persen jika memakai perbandingan tahun 2021 atau meningkat hingga 40 persen. (mz)