Kurikulum paradigma baru yang rencananya akan mulai diberlakukan tahun ini, dianggap memiliki karakter yang lebih fleksibel sehingga bisa memudahkan para satuan pendidikan bahkan hingga di daerah terpencil sekalipun dalam hal penerapannya.
Kurikulum paradigma baru ini juga akan lebih menitikberatkan pada materi pelajaran yang bersifat esensial sehingga materi yang disampaikan oleh para tenaga pendidik tidak terlalu banyak ataupun padat.
Dengan begitu, tenaga pendidik memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan pengembangan karakter yang terkait dengan profesi serta kemampuan di bidang kompetensi khususnya dalam hal mata pelajaran yang diampu oleh tenaga pendidik tersebut.
Penerapan Kurikulum Paradigma Baru
Kurikulum paradigma baru juga merupakan hasil pengembangan maupun penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya atau yang lebih dikenal dengan istilah KTSP 2013. Sehingga beberapa kekurangan maupun kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya, dalam hal ini kurikulum 2013 sudah mendapat perbaikkan secara langsung pada kurikulum paradigma baru hasil rumusan dari Kemendikbud ini.
Secara khusus penerapan kurikulum paradigma baru ini juga akan dilakukan dengan konsep bertahap dan terbatas. Dan, sebagai pionirnya, kurikulum baru hasil penyempurnaan ini ini akan diberlakukan pada sekolah penggerak sebagai percontohan untuk kemudian menjadi kurikulum baru di seluruh sekolah di Indonesia.
Meski merupakan hasil penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, namun dalam hal penerapannya juga, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyerahkan sepenuhnya kepada satuan pendidikan yang akan menjalani kurikulum ini.
Kemendikbud juga tidak bersifat memaksa, dan fleksibel sesuai kebutuhan tiap satuan pendidikan dalam hal implementasinya pada proses kegiatan belajar dan mengajar di satuan pendidikan.
Mengenal Kurikulum Paradigma Baru dan Perbedaan dengan Kurikulum 2013
Sebagai kurikulum baru yang merupakan hasil dari penyempurnaan dari kurikulum yang sudah berlaku sebelumnya, yakni kurikulum 2013 maupun kurikulum darurat sebagai konsekuensi dari merebaknya pandemi Covid-19, kurikulum paradigma baru ini memang memiliki karakter yang berbeda.
Berikut beberapa perbedaan kurikulum paradigma baru yang akan diberlakukan mulai tahun 2022 ini:
Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum yang ada pada kurikulum paradigma baru, menerapkan profil pelajar Pancasila sebagai fokus pengembangan mulai dari standar isi, proses hingga standar penilaian dalam sebuah kurikulum.
Sehingga, secara mayoritas struktur kurikulum dalam kurikulum baru ini meliputi kegiatan yang bersifat intrakurikuler seperti proses pembelajaran tatap muka atau PTM, kegiatan ilmiah maupun proyek. Dan, setiap satuan pendidikan juga memiliki kebebasan untuk mengoptimalkan tiap program belajar yang bisa dan dianggap mampu mengembangkan keahlian dan kompetensi tiap peserta didik sehingga sesuai dengan tujuan maupun visi serta misi dari tiap satuan pendidikan.
Capaian Pembelajaran
Dalam kurikulum paradigma baru juga, terdapat perubahan khususnya dalam hal kompetensi dasar yang menjadi tolak ukur pencapaian peserta didik yang lebih dikenal dengan istilah capaian pembelajaran.
Capaian pembelajaran dimaknai sebagai sebuah rangkaian berbagai pengetahuan maupun keterampilan serta sikap dan sifat sebagai sebuah proses yang saling berkelanjutan dan terintegrasi dalam kaitannya sebagai sebuah kompetensi yang ada pada para peserta didik.
Pendekatan Tematik
Dalam kurikulum paradigma baru ini pula, pendekatan tematik yang semula hanya diberlakukan pada satuan pendidikan setingkat sekolah dasar, maka pada kurikulum ini pendekatan tematik sangat mungkin diberlakukan pada tingkat pendidikan lain.
Jam Pelajaran Ditetapkan Tiap Tahun
Kurikulum baru ini juga menetapkan jam pelajaran yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Pada kurikulum ini, jam pelajarannya ditetapkan berdasarkan tahun sehingga satuan pendidikan bisa dengan mudah menjadwal tiap aktivitas pembelajarannya di sekolah.